Kamis, 31 Mei 2012

Chloe Clover - 5


Tuuutttt... Tuuuttt... Tuuutttt...
            Chloe tidak dapat membendungnya lagi, air matanya tumpah tak terkendali membasahi pipinya yang merah. Pikiran seakan terbang mencari jawaban akan semua pertanyaan dalam hatinya. Apa dia uda punya cewe lain? Apa dia udah gak sayang lagi sama aku? Semua salah sikap ku yang kayak anak kecil? Aku Cuma cewe yang ngebosenin? Semua pertanyaan yang tidak masuk akal terus terbesit dalam pikirannya sambil mengucurkan air mata.
            Ruangan itu sudah hening sejak setengah jam yang lalu, tidak ada lagi suara isak tangis yang terdengar. Kamar yang bernuansa feminim dan rapi seolah badai katrina telah pindah ke kamarnya, bedcover tak lagi di atas tempat tidurnya, bantal dan guling berpisah tempat, dan banyak sampah tissue yang masih terlihat basah berserakan si sekitar tempat tidur maupun di sudut ruangan tempat favorite Chloe mencari ketenangan dan kesenangan.
Di sudut kamar Cloe terdiam menatap ke luar jendela yang langsung terlihat suasana malam kota Tangerang, sebelah tangannya mencengkram dadanya dengan erat berharap rasa sesak dan sakit itu secepatnya pergi. Malam itu terasa sangat dingin, hujan deras baru saja mengguyur sebagian kota Tangerang tetapi ia tetap saja merapatkan jaketnya namun tetap saja menggigil. Bukan karena angin malam tetapi tubuhnya sudah tidak bisa merasakan apapun kecuali lubang besar yang ada di hatinya.
Sakitttttt sekali rasanya...
***
Tetap saja belum bisa melupakan sepenuhnya, memang dahulu terlalu tergantung dengan dia saat ingin pergi atau melakukan sesuatu.
Di dekat universitas terdapat suatu Factory Outlet kecil yang menjual barang-barang kualitas export dengan harga yang relatif terjangkau. Kalau ada waktu luang pasti Chloe beserta teman karibnya itu selalu pergi ke sana sampai-sampai penjaga Factory Outlet dan beberapa karyawannya sudah hafal dengan muka mereka kecuali beberapa pegawai baru yang diganti karna masa kontrak, mereka disana sekedar untuk membeli baju yang kelihatan lucu atau hanya melihat- lihat untuk sekedar menghabiskan waktu untuk masuk ke kelas berikutnya.
“Hola sista-sista,” sapa Sebastian kasir toko itu sambil melayani bebrapa pelanggan yang ada di hadapannya. Ia selalu menyapa dengan bahasa ala anak pantai mungkin karena kulitnya yang coklat maskulin membuat dirinya semakin percaya diri selalu di bilang anak pantai.
“Eh, lo yang jaga sekarang? Masih bertahan aja lo disini kirain udah dirolling kayak yang lain,” ejek Resi sambil terus melihat-lihat tumpukan baju yang ada dihadapannya tanpa melihat ke arah Sebastian.
“Iya dong gue masih bertahan disini bos gak bakalan mecat gue karena gue tuh daya tarik dari FO ini kalo ga ada gue pasti nih FO sepi deh, jamin.” Dengan penuh percaya diri dan tangannya tetap cekatan dalam melayani pembayaran di FO ini, pantas saja Simon tak pernah memecat dirinya karena kinerjanya juga bagus untuk kemajuan FO nya. “Eh, lo pada beli tuh ada dress bagus-bagus deh baru dateng tadi pagi gue sengaja belom pajang didepan, soalnya lo pada kan pasti suka,” lanjut Sebastian
“Tenang sob, gue pasti liat-liat, ngomong-ngomong mana nih bos lo yang ganteng? Biasanya uda kelihatan jam segini lagi ngawasin lo kerjanya bener atau gak.” Tanya Kimi sambil sibuk merapikan rambut dan penampilannya di depan kaca ruang ganti baju. Kimi memang sudah jatuh hati dengan Simon, atasan sekaligus pengusaha muda yang terbilang cukup sukses dengan usia yang masih muda di dunia bisnis.
“Dia biasa sibuk memantau masuknya barang baru di gudang sana.”
Chloe tidak banyak berbicara dengan Sebastian padahal biasanya Chloe yang bersemangat tiap ingin pergi berbelanja baju. Mood untuk berbelanjanya telah hilang seiring dengan hilangnya bagian dari hatinya. Hampir semua baju-baju yang ada di FO itu dilihatnya, tetapi tidak tertarik sama sekali anehnya ada satu dress yang sangat menarik hatinya, entah mengapa ia merasa deja fu dengan dress tersebut tetapi sekuat tenaga memeras otaknya Chloe tetap saja tidak menemukan jawabannya.
Tanpa pikir panjang ia segera mencoba dress hitam selutut dengan hiasan pita yang cukup besar di bagian pinggangnya, dan dilengkapi dengan manik-manik yang membuat dress tersebut menjadi mewah dan elegan. Setelah keluar dari ruang ganti Chloe segera mencari stiletto yang cocok dengan gaun yang ia kenakan. Matanya terus berusaha mencari ke setiap stiletto yang berjejer tanpa satu pun yang luput dari pengawasannya. Alhasil ia menemukan sebuah stiletto silver dengan hiasan rose kecil di ujungnya sangat kontras sekali dengan dress yang ia kenakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar