Kamis, 31 Mei 2012

Chloe Clover - 2


Satu


Kringggg..... Kringggg.....
Alarm tepat pukul 06.00 tiap harinya selalu berbunyi. Sepertinya Chloe Clover sudah tidak memerlukan alrm lagi untuk membangunkannya, semalaman ia terjaga lalu duduk di sudut kamarnya yang bernuansa pink di depan jendela besar yang langsung menghadap jalan kecil di kota Tangerang. Walaupun ia berjanji untuk melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalunya tetap saja seorang wanita seperti Chloe pasti membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk melupakan semua rasa sakit hatinya dan kenangan yang menjadi pahit.
Ia bergegas mandi untuk segera berangkat kuliah. Tidak bisa berlarut-larut kaya gini, harus coba untuk melihat ke depan. Seperti biasanya jalan menuju kampus selalu macet, butuh waktu setengah jam untuk sampai di depan lobby kampus seperti biasa Chloe selalu diantar dengan sopir atau ayahnya sendiri yang selalu setia mengantar anaknya ke kampus selagi tidak bentrok dengan jam kerja ayahnya. Sampainya di kampus Chloe berjalan lesu menuju kelasnya yang jauh di lantai 6, “aduh, biasanya lift pagi-pagi gini penuh lagi kalo mau ga telat harus naik tangga!”
Mujizat itu nyata! Kali ini lift berpihak dengan dirinya, ia tidak perlu mengantri panjang untuk ke lantai 6. “Sekarang kita masuk minggu ke tujuh mengenai Toleransi dan Gotong royong” kata dosen Sistem Sosial Budaya Indonesia yang rata-rata mahasiswa yang hadir tidak begitu memperhatikan apalagi yang duduk dipojok atau belakang. Kelas terasa sudah berlangsung selama sepuluh jam padahal kelas ini hanya dua jam saja. Chloe mempunyai sahabat yang selalu kemana-mana bersama yaitu Resi dan Kimi.
“Clo. Muka lo kenapa? Mata lo sembab, muka lo gak cantik lagi,” ujar Resi
“Gue abis nangis semalaman karna masih keinget Richard.”
“Udah Clo, let it flow. Gak secantik dulu kalo lo kayak gini,” tambah Kimi
“Eh kita coba makan di tempat baru yuk di deket kos temen gue katanya enak,” ajak Resi dengan kedua tangan menarik-narik Chloe
“Ayo aja!” sahut Kimi tanpa pikir panjang, “lo gimana Clo?”
“Iya gue ikut aja.”
Ternyata cafe yang di kunjungi mereka adalah cafe yang dahulu pernah di kunjungi Chloe bersama Richard Watson sebelum Chloe akhirnya pergi bersamakedua temannya. Cafe ini didesain sangat nyaman untuk anak muda yang sekedar nongkrong dan harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal untuk kocek anak kampus. “Hmm, lumayan keren nih cafe.” puji Kimi. Mereka masuk dan duduk di sebuah sudut ruangan dengan jendela besar disampingnya sehingga dapat melihat langsung kearah parkiran dan jalanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar