Prolog
Siang yang terik membakar hampir
seluruh bagian tubuhnya.
Panasnya matahari sudah
tidak terasa telah membakar sebagian badannya. Ia tetap saja berdiri di bawah
cahaya matahari seakan hanya menyinari seluruh manusia, gedung dan sudut-sudut
kota kecuali dirinya. Pandangannya kosong seakan tidak ada harapan untuk hidup
dan semua nampak gelap baginya karena cahaya matahari tidak dapat menembus
hatinya yang tengah kelam.
Hanya rasa sesak dan
sakit di dadanya yang bisa dirasakan
saat ini tidak ada yang lain. Rasanya Sakit sekali....
Sebelah tangannya
mencengkram erat dadanya dan pandangannya pun menerawang ke sebrang jalanan
untuk mengenang sejenak masa-masa indah dimasa lalunya. Rasa hangat, canda,
tawa itupun tak lagi sesempurna dahulu yang ia pernah rasakan.
Sambil menahan peluh
air mata yang akan menetes ke pipi merahnya ia pun mencoba beranjak dari
lamunan panjangnya mengenang masa-masa yang telah membuat dirinya sangat
berharga dan berarti sebagai seorang wanita.
Ia membayar cookies and cream yang telah dipesannya
dan berjalan keluar meninggalkan semua kenangan manisnya di dalam Bengawan Solo
Cafe dan keluar dari kehidupan lamanya, mencoba sekuat tenaga dan penuh senyum
membuka lembaran baru mengisinya dengan tinta berwarna-warni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar