Rabu, 16 Januari 2013

Pemanfaatan Telematika : Teknologi Penginderaan Jarak Jauh pada Perikanan

Pemanfaatan teknologi penginderaan jarak jauh dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
penggunaan yaitu:
1. Untuk membantu eksplorasi sumberdaya alam
2. Untuk prediksi dan pemantauan perubahan cuaca
3. Untuk kepentingan militer dalam menjaga stabilitas bangsa dari ancaman
4. Untuk keperluan navigasi
5. Untuk penentuan posisi di permukaan bumi
 
Khusus untuk penginderaan jarak jauh dalam bidang eksploitasi sumberdaya perikanan pada saat ini beberapa satelit sedang beroperasi, misalnya satelit sesStar, satelit TOPEX/Poseidion (Topografi
Experiment for Ocean Circulation) 1002 dan satelit OKEAN yang berarti lautan 1995. Untuk satelit seastar merupakan satelit yang dibiayai dan dioperasikan secara komersial oleh perusahaan swasta yaitu Orbital Science Corporation (OSC) yang berkedudukan di Dulles. Dengan terpasangnya
peralatan SeaWiFS (sea Viewing Wide Field of View Sensor) pada satelit seaStar maka satelit ini akan mampu mengukur pertumbuhan dan konsentasi fitoplankton dipermukaan laut. Satelit TOPEX-Poseidion yang dikembangkan bersama oleh NASA-JPL USA dan CNES (Centre National d'Etudes Spatiales) Perancis dapat digunakan untuk memetakan topografi lautan dan modelisasi perubahan
global sirkulasi dan permukaan laut. Untuk satelit OKEAN/Rusia dioperasikan untuk memantau temperatur permukaan air laut, keepatan angin, warna laut, status liputan es, curah hujan dan liputan awan. Selain ketiga satelit di atas, satelit cuaca NOAA-USA yang membawa sensor AVHRR juga dapat dimanfaatkan untuk membantu eksplorasi sumberdaya laut. Citra satelit yang dihasilkan dapat
dianalisis dan dinterpretasikan untuk menentukan nilsi dan distribusi suhu permukaan laut pada perairan yang cukup luas secara sinoptik (meliputi seluruh wilayah Indonesia hanya dalam dua lintasan berurutan). Suhu permukaan laut ini merupakan salah satu indikator dalam menentukan daerah fishing ground.

Tngginya frekwensi pengamatan (empat lintasan sehari) dan biaya operasional yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan cara lainnya merupakan keunggulan dari pemanfaatan tekhnik penginderaan jarak jauh. Observasi melalui satelit ini juga akan sangat berguna untuk pengamatan fenomena oseanografi, khusunya upwelling dan temprature front yang merupakan indikator dari daerah potensi ikan yang tinggi. Diharapkan dengan tersedianya informasi seperti ini akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisien penangkapan ikan di laut.
 
Tekhnik Pengumpulan Data

Data oseanografi fisika (suhu, salinitas dan arus permukaan) dan biologi (kelimpahan plankton) merupakan data sekunder. Laporan tahunan pelabuhan perikanan yang terdapat pada propinsi Kalimantan Barat, Riau dan Sumatera Selatan, yaitu PPP pelangkat (Kalbar), PPP Tarempa (Riau) dan PPI Manggar (Sumsel) dianggap telah mewakili daerah penangkapan perikanan di Indonesia sebagai daerah penelitian. Data citra satelit NOAA-14/AVHRR diperoleh dari stasiun penerima NOAA BPP teknologi Jakarta pada koordinan 101oBT-113oBT dan 6oLS-9oLU pada musim peralihan satu (Maret-Mei) dan musim Timur (Juni-Agustus). Selain data citra NOAA data rerata konsentrasi pikmen phytoplankton (kelimpahan klorofil) dari satelit SeaWiFS juga digunakan yaitu pada bulan April sampai Juni (musim peralihan satu) dan Juli-september (musim timur).
 
Tahapan pemrosesan analisis digital dan visual citra satelit NOAA- 14/AVHRR adalah :
1. Pemilihan Citra : Citra hasil perekaman dari stasiun penerima dipilih yang bebas awan atau citra dengan penutupan awan sedikit, sehingga tidak mengurangi informasi dari sebahagian objek yang diteliti. Proses pemilihan citra dan cropping dilakukan menggunakan
perangkat lunak N Capture 3.0
2. Perhitungan Suhu Permukaan Laut (SPL) : Kanal yang dipakai untuk memperoleh nilai SPL adalah kanal 4 dan 5 dari satelit NOAA-14/AVHRR. Nilai SPL diperoleh melalui konversi bilangan integer 8 bit (dari citra kanal 4 dan 5 yang memiliki digital number 0-255) ke dalam derajat celcius (oC) dengan menggunakan perangkat lunak ILWIS (Integrated Load and Water Information System).

Kendala Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jarak Jauh di Indonesia

Pemanfaatan data penginderaan jarak jauh di Indonesia memiliki beberapa kendala (kutipan
makalah Aryo Handoyo dalam Hanggono, 1998) yaitu:
1. Masalah liputan awan, dimana kita ketahui bahwa keadaan alam tidak selamanya sesuai dengan keadaan yang diinginkan sebagai syarat photo dari citra yang baik.
2. Kendala mixel (mix-pixel)
3. Perbedaan renpon spectral dalam objek yang sama pada sebuah citra satelit
4. Keterbatasan tersedianya data eksogen
 
Dalam pemanfaatan data satelit NOAA-12 untuk perhitungan SPL dan identifikasi data fishing ground. Diantara permasalahan di atas masalah liputan awan dan ketersediaan data eksogen menjadi kendala utama dalam membantu mengindetifikasi daerah tersebut. Letak negara Indonesia yang membentang di sepanjang ekuator dalam iklim tropis ternyata menyebabkan sulitnya perolehan data satelit. Sebagai ilustrasi dalam SATTIN project (satellite application technologi transfer in Indonesia), upaya untuk menghasilkan 176 lembar space map (peta citra) berskala 1:50.000 di wilayah Indonesia bagian timur, dibutuhkan lebih dari 7000 scenes citra SPOT yang diperoleh dari satelit SPOT 1,2 dan 4. Dampak dari lliputan awan yang tinggi adalah sulitnya memperoleh citar (untuk daerah-daerah tertentu) hal ini terutama terjadi pada musim hujan dengan liputan awan kurang dari 10%. Dalam penangkapan ikan di laut dengan bantuan satelit penginderaan jauh, kendala umum yang dihadapi adalah keberadaan daerah fishing ground yang bersifat dinamis/berpindah-pindah mengikuti pergerakan ikan. Secara alami ikan akan memilih daerah yang lebih sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi oceanografi perairan, sehingga dengan demikian perlu dilakukan pemanfaatan secara terus menerus dan berkelanjutan. Pemanfaatan satelit dengan sensor optik seperti sateli NOAA-AVHRR juga sangat terpengaruh dengan liputan awan. 

Dengan demikian kondisi permukaan laut tidak dapat dipantau pada saat tertutup awan. Dengan alasan ini penggunaan data satelit yang dihasilkan dengan melalui system pencitraan radar, seperti citra satelit TOPEX menjadi sangat membantu dalam mengupayakanestimasi daerah fishing ground, yang artinya pengunaan citra ini akan semakin akurat apabila dikombinasikan dengan penggunaan satelit lain. Data eksogen yang berupa peta seringkali sangat membantu dalam kegiatan verifikasi citra, tersedianya peta-peta distribusi salinitas, konsentrasi fitoplankton, peta sebaran jenis ikan dan lain-lain, akan memudahkan seorang interpreter dalam melakukan ektraksi informasi dari sebuah citra satelit. Terbatasnya ketersediaan petapeta termatik dan informasi lainnya dapat dianggap sebagai salah satu kendala dalam pemanfaatan citra satelit NOAA-AVHRR di Indonesia.
 
Sumber : http://www.yefriwangsa.com/berita-141-teknologi-penginderaan-jarak-jauh.html