Pemanfaatan teknologi penginderaan jarak jauh dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
penggunaan yaitu:
1. Untuk membantu eksplorasi sumberdaya alam
2. Untuk prediksi dan pemantauan perubahan cuaca
3. Untuk kepentingan militer dalam menjaga stabilitas bangsa dari ancaman
4. Untuk keperluan navigasi
5. Untuk penentuan posisi di permukaan bumi
Khusus
untuk penginderaan jarak jauh dalam bidang eksploitasi sumberdaya
perikanan pada saat ini beberapa satelit sedang beroperasi, misalnya
satelit sesStar, satelit TOPEX/Poseidion (Topografi
Experiment
for Ocean Circulation) 1002 dan satelit OKEAN yang berarti lautan 1995.
Untuk satelit seastar merupakan satelit yang dibiayai dan dioperasikan
secara komersial oleh perusahaan swasta yaitu Orbital Science
Corporation (OSC) yang berkedudukan di Dulles. Dengan terpasangnya
peralatan
SeaWiFS (sea Viewing Wide Field of View Sensor) pada satelit seaStar
maka satelit ini akan mampu mengukur pertumbuhan dan konsentasi
fitoplankton dipermukaan laut. Satelit TOPEX-Poseidion yang dikembangkan
bersama oleh NASA-JPL USA dan CNES (Centre National d'Etudes Spatiales)
Perancis dapat digunakan untuk memetakan topografi lautan dan
modelisasi perubahan
global sirkulasi dan permukaan laut.
Untuk satelit OKEAN/Rusia dioperasikan untuk memantau temperatur
permukaan air laut, keepatan angin, warna laut, status liputan es, curah
hujan dan liputan awan. Selain ketiga satelit di atas, satelit cuaca
NOAA-USA yang membawa sensor AVHRR juga dapat dimanfaatkan untuk
membantu eksplorasi sumberdaya laut. Citra satelit yang dihasilkan dapat
dianalisis
dan dinterpretasikan untuk menentukan nilsi dan distribusi suhu
permukaan laut pada perairan yang cukup luas secara sinoptik (meliputi
seluruh wilayah Indonesia hanya dalam dua lintasan berurutan). Suhu
permukaan laut ini merupakan salah satu indikator dalam menentukan
daerah fishing ground.
Tngginya frekwensi
pengamatan (empat lintasan sehari) dan biaya operasional yang jauh lebih
murah jika dibandingkan dengan cara lainnya merupakan keunggulan dari
pemanfaatan tekhnik penginderaan jarak jauh. Observasi melalui satelit
ini juga akan sangat berguna untuk pengamatan fenomena oseanografi,
khusunya upwelling dan temprature front yang merupakan indikator dari
daerah potensi ikan yang tinggi. Diharapkan dengan tersedianya informasi
seperti ini akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisien penangkapan
ikan di laut.
Tekhnik Pengumpulan Data
Data
oseanografi fisika (suhu, salinitas dan arus permukaan) dan biologi
(kelimpahan plankton) merupakan data sekunder. Laporan tahunan pelabuhan
perikanan yang terdapat pada propinsi Kalimantan Barat, Riau dan
Sumatera Selatan, yaitu PPP pelangkat (Kalbar), PPP Tarempa (Riau) dan
PPI Manggar (Sumsel) dianggap telah mewakili daerah penangkapan
perikanan di Indonesia sebagai daerah penelitian. Data citra satelit
NOAA-14/AVHRR diperoleh dari stasiun penerima NOAA BPP teknologi Jakarta
pada koordinan 101oBT-113oBT dan 6oLS-9oLU pada musim peralihan satu
(Maret-Mei) dan musim Timur (Juni-Agustus). Selain data citra NOAA data
rerata konsentrasi pikmen phytoplankton (kelimpahan klorofil) dari
satelit SeaWiFS juga digunakan yaitu pada bulan April sampai Juni (musim
peralihan satu) dan Juli-september (musim timur).
Tahapan pemrosesan analisis digital dan visual citra satelit NOAA- 14/AVHRR adalah :
1.
Pemilihan Citra : Citra hasil perekaman dari stasiun penerima dipilih
yang bebas awan atau citra dengan penutupan awan sedikit, sehingga tidak
mengurangi informasi dari sebahagian objek yang diteliti. Proses
pemilihan citra dan cropping dilakukan menggunakan
perangkat lunak N Capture 3.0
2.
Perhitungan Suhu Permukaan Laut (SPL) : Kanal yang dipakai untuk
memperoleh nilai SPL adalah kanal 4 dan 5 dari satelit NOAA-14/AVHRR.
Nilai SPL diperoleh melalui konversi bilangan integer 8 bit (dari citra
kanal 4 dan 5 yang memiliki digital number 0-255) ke dalam derajat
celcius (oC) dengan menggunakan perangkat lunak ILWIS (Integrated Load
and Water Information System).
Kendala Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jarak Jauh di Indonesia
Pemanfaatan data penginderaan jarak jauh di Indonesia memiliki beberapa kendala (kutipan
makalah Aryo Handoyo dalam Hanggono, 1998) yaitu:
1.
Masalah liputan awan, dimana kita ketahui bahwa keadaan alam tidak
selamanya sesuai dengan keadaan yang diinginkan sebagai syarat photo
dari citra yang baik.
2. Kendala mixel (mix-pixel)
3. Perbedaan renpon spectral dalam objek yang sama pada sebuah citra satelit
4. Keterbatasan tersedianya data eksogen
Dalam
pemanfaatan data satelit NOAA-12 untuk perhitungan SPL dan identifikasi
data fishing ground. Diantara permasalahan di atas masalah liputan awan
dan ketersediaan data eksogen menjadi kendala utama dalam membantu
mengindetifikasi daerah tersebut. Letak negara Indonesia yang membentang
di sepanjang ekuator dalam iklim tropis ternyata menyebabkan sulitnya
perolehan data satelit. Sebagai ilustrasi dalam SATTIN project
(satellite application technologi transfer in Indonesia), upaya untuk
menghasilkan 176 lembar space map (peta citra) berskala 1:50.000 di
wilayah Indonesia bagian timur, dibutuhkan lebih dari 7000 scenes citra
SPOT yang diperoleh dari satelit SPOT 1,2 dan 4. Dampak dari lliputan
awan yang tinggi adalah sulitnya memperoleh citar (untuk daerah-daerah
tertentu) hal ini terutama terjadi pada musim hujan dengan liputan awan
kurang dari 10%. Dalam penangkapan ikan di laut dengan bantuan satelit
penginderaan jauh, kendala umum yang dihadapi adalah keberadaan daerah
fishing ground yang bersifat dinamis/berpindah-pindah mengikuti
pergerakan ikan. Secara alami ikan akan memilih daerah yang lebih
sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi
oceanografi perairan, sehingga dengan demikian perlu dilakukan
pemanfaatan secara terus menerus dan berkelanjutan. Pemanfaatan satelit
dengan sensor optik seperti sateli NOAA-AVHRR juga sangat terpengaruh
dengan liputan awan.
Dengan demikian kondisi
permukaan laut tidak dapat dipantau pada saat tertutup awan. Dengan
alasan ini penggunaan data satelit yang dihasilkan dengan melalui system
pencitraan radar, seperti citra satelit TOPEX menjadi sangat membantu
dalam mengupayakanestimasi daerah fishing ground, yang artinya pengunaan
citra ini akan semakin akurat apabila dikombinasikan dengan penggunaan
satelit lain. Data eksogen yang berupa peta seringkali sangat membantu
dalam kegiatan verifikasi citra, tersedianya peta-peta distribusi
salinitas, konsentrasi fitoplankton, peta sebaran jenis ikan dan
lain-lain, akan memudahkan seorang interpreter dalam melakukan ektraksi
informasi dari sebuah citra satelit. Terbatasnya ketersediaan petapeta
termatik dan informasi lainnya dapat dianggap sebagai salah satu kendala
dalam pemanfaatan citra satelit NOAA-AVHRR di Indonesia.
Sumber : http://www.yefriwangsa.com/berita-141-teknologi-penginderaan-jarak-jauh.html